Dering teleponku membuatku tersenyum di pagi hari
Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi
Entah mengapa aku merasakan hadirmu di sini
Tawa candamu menghibur saatku sendiri
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
Dering teleponku membuatku tersenyum di pagi hari
Tawa candamu menghibur saatku sendiri
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun kau dekat di hati
Jarak dan waktu takkan berarti
Karena kau akan selalu di hati
Bagai detak jantung yang kubawa kemanapun kupergi
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
dekat di hati
dekat di hati
TMII atau Taman Mini Indonesia
Indah adalah salah satu wisata terkenal di Indonesia dan merupakan
kawasan objek wisata yang terbilang megah dengan luas area 165 hektar,
terletak di Jakarta Timur.
Lahan tersebut awal mulanya merupakan daerah persawahan dan
perladangan milik rakyat, namun kemudian ditransformasikan menjadi
kawasan wisata TMII.
Taman mini indonesia indah sengaja dibuat sebagai wahana yang dapat
merepresentasikan kebhinekaan Indonesia dan kekayaan khasanah budaya
bangsa.
Sedangkan tujuan pendirian taman miniatur ini adalah untuk memupuk
dan membina persatuan bangsa, menjunjung tinggi kebudayaan nasional, dan
memperkenalkan kebudayaan, adat-istiadat, dan perilaku masyarakat
Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri dan bangsa lain.
Tujuan-tujuan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam objek-objek
wisata yang disajikan di kawasan TMII, seperti anjungan daerah, museum,
taman, tempat rekreasi, dan lain-lain. Berikut ini adalah sejarah taman mini indonesia indah.
Gagasan Pendirian Taman Mini Indonesia Indah
Sejarah mencatat, bahwa gagasan awal mula pendirian kawasan wisata
TMII adalah oleh Ibu Negara Siti Hartinah Soeharto yang lebih akrab
dengan Ibu Tien Soeharto.
Prakarsa tersebut diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang
keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang
mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28
Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan
Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl.
Cendana No. 8, Jakarta.
Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak
rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian,
kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah
yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan
kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk
memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati,
dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh
Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir
Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan
Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum.
Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok
masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek
tersebut.
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto
menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi
kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di
atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin
menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo,
dengan luas tanah ± 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga
mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari.
Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang
lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan
rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang
sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara
bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur
Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo,
dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut
pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.
Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah,
dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya
membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di
sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur
masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap
pertama dinyatakan selesai.
Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah” diresmikan
pembukaannya oleh Presiden Soeharto. TMII telah mempunyai logo berhuruf I
dan I, kedua huruf ini mewakili nama Indonesia Indah. Sedangkan
maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani
Putra).
Sebagai kawasan wisata yang dikonsep secara matang, sejak usia dini
TMII telah mengantongi berbagai penghargaan di bidang pariwisata, baik
penghargaan dari pemerintah daerah maupun lembaga internasional.
Penghargaan ini salah satunya berasal dari Pemerintah DKI Jakarta
yang diberikan pada tahun 1976, 1977, 1978, 1981, 1991, 1992, 1993, dan
1995.
Selain itu, TMII juga pernah menggondol penghargaan pelestarian
kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Assosiation (PATA)
pada tahun 1987. Khusus di bidang pembinaan industri kecil, TMII juga
pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa
Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.
Tahun 1973, Pemerintah mulai membangun jalan bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor.
Ketika masih dalam tahap pembangunan, jalan tol Jagorawi ini belum
berstatus sebagai jalan tol dan baru benar-benar dioperasikan pada 1978.
Jalan tol Jagorawi saat itu memiliki panjang 59 km, termasuk jalan
akses dan menghubungkan Jakarta, Bogor dan Ciawi.
Pembangunan jalan tol yang dimulai pada 1973 ini dilakukan oleh
pemerintah dengan dana dari anggaran pemerintah dan pinjaman luar
negeri yang diserahkan kepada PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai
penyertaan modal.
Selanjutnya PT Jasa Marga mendapat tugas dari pemerintah untuk
membangun jalan tol dengan tanah yang pembebasannya dibiayai pemerintah.
Sejak 1987 kalangan swasta mulai berpartisipasi dalam investasi jalan
tol sebagai operator jalan tol dengan menandatangani perjanjian kuasa
pengusahaan (PKP) dengan PT Jasa Marga.
Hingga 1997, ruas jalan tol yang sudah dibangun dan dioperasikan di
Indonesia sepanjang 553 km. Dari total panjang jalan tol itu, 418 km
dioperasikan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya oleh swasta lain.
Pada periode 1995 hingga 1997, dilakukan upaya percepatan
pembangunan jalan tol melalui tender 19 ruas jalan tol sepanjang 762
km. Namun upaya ini terhenti akibat terjadinya krisis moneter pada Juli
1997 yang mengakibatkan pemerintah harus menunda program pembangunan
jalan tol dengan dikeluarkannya Keppres No. 39/1997.
Akibat penundaan itu pembangunan jalan tol di Indonesia mengalami
stagnasi. Hal itu terlihat dari terbangunnya hanya 13,30 km jalan tol
pada 1997-2001.
Pada 1998 pemerintah mengeluarkan Keppres No. 7/1998 tentang kerja
sama pemerintah dan swasta dalam penyediaan infrastruktur. Pada 2002
pemerintah mengeluarkan Keppres No. 15/2002 tentang pelanjutan
proyek-proyek infrastruktur. Pemerintah juga melakukan evaluasi dan
pelanjutan terhadap pengusahaan proyek-proyek jalan tol yang tertunda.
Sejak 2001 hingga 2004 terbangun empat ruas jalan dengan panjang
total 41,80 km. Pada 2004 diterbitkan Undang-undang No. 38/2004 tentang
jalan yang mengamanatkan pembentukan BPJT sebagai pengganti peran
regulator yang sebelumnya dipegang oleh PT Jasa Marga.